Terlalu banyak yang berkeliaran dalam dimensi fikiran ini. Bergerak zig-zag tanpa bisa ku kendalikan. Namun, terkadang terkalahkan oleh ego yang begitu tinggi. Terkalahkan oleh rasio yang seolah-olah berdiri begitu tangguh namun sebenarnya rapuh.
Tak bisa ku pungkiri memang, beberapa hari ini aku terus mencoba menentramkan jiwa, menyelimuti kalbu yang mulai tertoreh, menutupi kegelisahan yang aku sendiri tak mampu memahaminya.
Rabb, hatiku gelisah, jiwaku benar-benar carut marut. Meski aku malu menghadapMu dalam pengaduan seperti ini namun tak mampu ku sembunyikan gelisah ini dariMu. Ampuni Aku atas jiwa yang masih begitu rapuh, saat kondisi menututku untuk tetap tegar.
Aku sepi. Aku tak mengerti apa aku benar-benar lelah. Aku sadar seharusnya rasa ini tak pernah boleh ada. Aku menangis tersedu. Air mata yang sebenarnya entah layak atau tidak aku teteskan. Tapi lagi-lagi aku tak bisa menahannya untuk tidak mengalir lagi meski telah ku coba dengan sekuat usahaku. juga tentang alibi-alibi lemah yang kuciptakan sendiri untuk sekedar membuatku tak lagi mengalirkan sungai-sungai air mata ini. tapi sekali lagi aku gagal. Dan pada akhirnya aku pasrah membiarkan aliran air mata ini menganak sungai. Biarlah.... Semoga ini menjadi air mata terakhir yang ku alirkan untuknya.
Rabb, kuatkan aku, ketika pada akhirnya aku merasa dia telah meninggalkanku. Aku mencoba ikhlas dan memang harus ikhlas. Mencoba memahami bahwa hadirnya dihari-hariku hanyalah merupakan titipan dariMu. Dan seharusnya aku telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menerima kenyataan jika pada akhirnya dia juga akan pergi meninggalkanku.
Rabb, terimakasih Kau telah memberiku sahabat-sahabat yang begitu mengerti aku. Aku begitu menyayangi mereka. Rabb, mereka yang selalu membantuku menghapus butir-butir kegelisahan hati dan menguatkan kasihku padaMu. Terimakasih karna Kau telah pernah mengirim mereka untukku.
*la takhof anas,,,la tahzan anas,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar