Kamis, 16 Februari 2012

Jangan Mencintaiku



Kau bilang,
aku begitu baik,
aku bertanya,
apa jadinya jika kebaikan itu aku bagikan bukan hanya untukmu?
Kau terdiam.

Lalu kau bilang,
aku begitu penyayang dan perhatian
aku bertanya,
jika aku bagikan kasih dan sayangku tak sepenuhnya untukmu?
Kau bungkam.

Kau pun bilang,
aku begitu indah,
aku pun bertanya,
bagaimana jika orang lain pun melihat demikian?
Kau tertegun.

Kau katakan,
aku adalah cinta tertinggimu
aku tanyakan,
selama apakah itu akan berlaku untukku?
Kau tak menjawab.

Kau katakan pula,
aku adalah pemilik hatimu,
aku bertanya,
bagaimana jika kau bukan pemilik hatiku?
Kau hanya memandangku.


Aku katakan,
Jangan Mencintaiku!
Siapa yang kau salahkan?

Ditengah hiruk pikuk dunia,
mengingatmu

Menyejukkan Hati



Ketika yang indah itu datang
Sang cinta bisikkan kedamaian,
Embun yang hadir dalam lelah,
Setitik terang dalam kelam,
Pelukan damai dalam hati dan pikiran

Kesejukan di kedalaman hati ini mulai terasa kembali syahdu
Cahayamu menyadarkan betapa angkuh dan pengecutnya aku

Karenamu...
Merajut kisah dalam impian suci
Terbalut halus dalam doa dan kalbu
Aku berjalan perlahan mencoba untuk mendekatimu dengan cinta
Apakah kau merasakan hal yang sama ?

Ataukah hanya...
Harapan...

Betapa sedihnya aku ketika kau menjauh pergi
Tanpa sedikitpun menoleh padaku
Hingga sekarang aku tak tahu dirimu berada
Atau kau telah berlabuh teduh dihati dan jiwa sang pangeran ?

Aku menangis ketika altar cinta yang telah kupahat dan kutasbihkan dalam jiwa
Tak’kan pernah sempat kupersembahkan untukmu
Entah mengapa...

Atau aku harus berjalan sendiri tanpamu ?
Menatap sang surya,
Berjuang arungi kerasnya perjalanan hidup dalam keikhlasan,
Menjemput bintang dan bulan,
Mendoakan kebahagiaanmu lewat bisikan Sang Malaikat

Sampai saat akan tiba dalam ketulusan untuk menerima takdir ini
Membawa pergi sendiri impian suci dalam kedamaian
Kebahagiaan dan ketenangan jiwa seutuhnya untukkmu

Demi waktu sampai saatnya nanti engkau melihatku tersenyum,
Tersenyumlah diatas segala kebahagiaan yang ada dalam kerajaan dunia
Impian suci ketulusan cintaku akan ada
sebagai bagian indah dalam perjalanan kehidupanmu

Selasa, 14 Februari 2012

•♥• Andai aku adalah tulang rusukmu yang telah hilang•♥•



Bismillah..

Mencintai.. memang hal yang wajar yang sering terjadi, aku.. memang bukan seorang aktivis akhwat seperti kebanyakan yang selalu bisa menahan hatinya untuk tak terpaut pada si ikhwan sang pangeran.. berusaha menyibukkan diri dan berfokus pada tiap lembaran dakwah. Ya Allah,sebelumnya maaf kan hamba yang telah jatuh cinta sebelum tiba waktunya.. mohon luruskan hati hamba.

Izinkan hamba berlabuh dalam dermaga keridho’anMu, dan tiada yang lebih ku damba selain restu dan halal Mu

Kesetiaan ku pada yang telah Engkau tuliskan namanya di lauhul mahfuz jauh sebelum bumi dan langit tercipta, maka cukuplah Engkau dan aku saja yang tau akan segala rasaku.

Tapi seandainya aku tau siapa jodoh ku itu, pasti akan ku jaga dan ku sayangi ia, ku do’akan selalu dimana pun dia berada, namun sayang, jodoh merupakan salah 1 rahasia Mu selain daripada ajal, umur hambanya, beserta kiamat

Aku sadar akan segala rasa ku bisa menjerumuskan ku pada fitnah yang tak pernah ku sangka Ya Robb,, dan kini kucintai dia dalam hening agar jika memang bukan dia yang ditakdirkan untuk ku,, kesucianku tetap terjaga, keanggunanku tetap terbias, telah kupegang kendali hatiku lalu mengarahkannya pada Mu dan mencintai Mu dalam diam, itu jauh lebih indah , jauh lebih suci

Mencintai dalam diam,,

cinta tak harus berkata,, cinta sejatinya adalah mendengar dan merasakan apa yang ia rasa

Tak harus menyentuh juga memandang dengan tatapan yang berlebihan, seperti halnya kita mencintai Allah ta’ala dan Rasul-Nya,, kita mampu merasa dan percaya bahwa cinta beliau itu ada

Tak perlu bersusah payah menarik perhatian seseorang untuk menyayangi dan mencintai, cukup dengan do’a yang ikhlas,, sekiranya Allah mengabulkan do’a hati agar hatinya terbuka untuk menyayangi dan mencintai, itulah keridho’anNya..

Tapi sebaliknya, aku ridho’ dengan apa yang telah ditakdirkan. Mungkin ada hikmahnya, mungkin juga dia tidak sesuai untuk ku.. lalu aku berserah agar Allah menghadirkan insan yang labih baik darinya.

InsyaAllah jika Kau perkenankan tuk mempertemukan aku dengan nya, yang ditakdirkan untuk ku,, maka biarkan kini aku mencintainya dalam diam, dan biarlah ia yang datang pada ku membawa ketulusan, keikhlasan, kejujuran dan kesetiaan yang tulus lahir dan bathin karna Mu Ya Robb.

Mengingat kisah Fatimah dan sayyidina ali, dimana mereka saling memendam apa yang tengah mereka rasakan hingga pada akhirnya mereka dipertemukan dalam satu ikatan suci nan indah..


Aku kini akan lebih memilih tuk mencintai dalam diam ku,,

Dalam diam dimana tersimpan kekuatan harapan, hingga Allah membuatnya tuk menjadi nyata dan cinta ku yang diam itu bersemi dan berbicara dengan indahnya dalam kehidupan yang nyata, dunia- akhirat..

sebab indahnya mencintai dalam hening sejatinya telah terukir indah jauh dalam lauhul mahfuz.. mencoba menunggu, berdamai dengan waktu.. bukan aku menunggu sesuatu yang tak pasti, tapi mencintai dalam diam, memang lebih indah..

Meski Terkadang,, memang sulit untuk tidak jujur terhadap pesona yang terpapar tertangkap mata atas getar yang mengguncang jiwa, kalaupun tak selalu sempurna diucapkan namun hati tak bisa lepas dari ketakjuban itu

Karna hanya itu yang bisa ku lakukan..


Semua yang ku tulis ini,, semoga bisa tercipta pada diriku sendiri, juga yang lain. Dan terwujud pada bentuk kesabaran dalam sebuah penantian hingga akhirnya aku benar-benar menemukan orang yang bisa menjadi pendamping dan pemimpin yang baik untuk hidup ku dan anak-anak ku kelak..

Diam ku kepada manusia, cukupkan aku meminta dengan bicara kepada Mu tentang mau ku sampai waktu Kau halalkan kekasih Mu tuk dunia dan akhirat ku. Dan yang ku tau,, ia takkan pernah tertukar.. Benarkan Ya Robb??

Sabtu, 11 Februari 2012

Dalam Diam, Aku Ingin Mencintaimu Karena Allah

pesan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

“jangan pernah kau menyalahkan cinta, tapi salahkan mereka yg menyalahgunakan cinta hingga berbuat dosa”

[astaghfirullaahu wa'atuubu ilaih]

...

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam…

karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya…

kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya… karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu… menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu…

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya…



karena mungkin saja orang yang kau cintai, adalah juga orang yang telah Allah Subhanahu Wata’ala benar-benar pilihkan untukmu… Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan Ali Radhiyallahu ‘anhum ? yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan…

tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah…

Karena dalam diammu tersimpan kekuatan…

kekuatan harapan, kekuatan impian, hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan dan impian itu menjadi nyata…

dan cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata…

bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap dan berdo’a pada-Nya ?



Dan jika memang ‘cinta dalam diammu’ itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam… Iyaa… biarkan… karena Allah Ta’alaa masih punya rencana dan ‘hadiah’ lain untukmu…

jika dia memang bukan milikmu, melalui waktu akan menghapus ‘cinta dalam diammu’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah, dan orang yang tepat oleh Allah Subhanahu Wata’ala biarkan ‘cinta dalam diammu’ itu menjadi memori tersendiri… dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu…

Allah Subhanahu Wata’ala Tata hatimu…



Sudahkah aku pantas untuk dia ? Benar-benar pantas…???

Biarkanlah jiwamu terbang bebas menjalani semua niatmu, yang terpenting, kita perlu berbaik sangka selalu pada Allah Ta’alaa…

Pasangan kita, adalah cerminan sosok yang hampir mirip dengan kita…

Cintamu pada orang yang kau cintai dan sayangi, titipkanlah…

Titipkanlah pada Allah Ta’alaa…

Sebab hanya Allah Ta’alaa yang Maha Menjaga…

dikala kau dan dia saling berjauhan…

dikala kau dan dia saling memendam rindu, ingin bertemu…

Allah menjaga dengan menenangkan hatimu melalui dzikir dan tadabbur…

Cintamu pada orang yang sungguh-sungguh kau sayangi, adalah milik-Nya…

AJARILAH AKU


Ya Allah…
Sudah kesekian kalinya Engkau mengujiku
Hingga aku menjadi kuat
Sudah kesekian kalinya Engkau menyapaku
Hingga aku bisa tetap tegar

Tapi…
Kali ini hamba begitu lemah
Kali ini hamba begitu rapuh
Kali ini juga…
Hamba-Mu ini begitu berat


Aku ingin melepas semua kelelahanku
Aku ingin lari dari segala keharu biruku

Ya Robbi…
Kutengadahkan wajahku yang kuyu ini
Di hadapan-Mu
Kugantungkan hati
Pikiran dan diri ini kepada-Mu


Kepada-Mu ..
Yang Maha Besar

Kepada-Mu ..
Yang Maha Memberi Kesembuhan
Kepada Engkau ..
Yang Maha Mengobati hati dari setiap kesedihan
Hanya kepada Engkaulah segala tumpuan doa kupanjatkan


Aku percaya kepada-Mu Ya Allah…
Engkau Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Mu
Engkau selalu memberi apa yang aku butuhkan
Meski mungkin bukan yang aku inginkan

Ya Allah…Ilahi Robbi...
Ajari aku untuk bersabar…
Ajari aku untuk senantiasa Ridho atas takdir-Mu…
Ajari aku Yaa Robbi…
Ajari aku untuk memperbaiki hatiku
Allah…
Ajarilah aku…

Rabu, 08 Februari 2012

surat untuk si kekasih

Syukur pada Allah yang masih mengurniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbaharui taubat.

Sayang, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kuminta. DIA yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.

Maaf sayang, tetapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil, dan kerdil di hadapanNya. Walaupun kau begitu rupawan lagi cantik, DIA lebih indah dan bercahaya dari dirimu. DIA berbuat apa saja sekehendakNya kepadamu. Dan sayang, aku khuatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku takut, hubungan kita selama ini membuatNya murka. Padahal Dia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.

Sayang, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. DIA boleh murka. Marah kerana aku telah berbuat hal-hal yang tak sepatutnya padamu, marah kerana aku pernah mendahului takdirNya dengan mengajakmu untuk menungguku menjadi isteriku kelak padahal itu belum pasti adanya. Dia boleh Marah. Tetapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita bertaubat sekarang, semoga DIA mahu Memaafkan dan Mengampuni. Sayang, DIA Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.

Sayang, jangan marah. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada selainNya. Tetapi tak cuma aku, Sayang, Kau pun boleh menjadi kekasihnya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan.

Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-laranganNya termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insya Allah, DIA mempunyai rencana yang indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang lelaki soleh. Ya, lelaki soleh yang pasti lebih baik dari diriku saat ini.

Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu baginda pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari aiskrim beku.

Maaf. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini akan merosak hati. Aku tak ingin engkau memiliki sedikit rasa ria (sombong) sedikitpun di hatimu ketika akan beribadah, kerana itu sangat dibenci oleh Allah dan tak akan diterima amalnya.

.

Jangan pernah ditanya sebesar mana cintaku padamu. Kerana yang pasti ku tak akan mencintaimu melebihi penciptaku.


Jangan pernah ditanya pula apakah cintaku padamu tak akan luntur. Kerana yang pasti ku tak akan melunturkan cintaku kepada penciptaku.


Dan jgn sekali-kali bertanya apakah aku tak akan mengkhianatimu. Kerana yang pasti ku akan selalu mencintai penciptaku.

Selasa, 07 Februari 2012

Andai Ini Adalah Solat Terakhirku..


Ya Allah,

Andai aku tahu ini adalah solat terakhir ku,

Maka aku akan menyempurnakan wudhu dan niat solat ku

Akan ku baca ayat Mu dengan penuh penghayatan dan pemahaman

Akan ku penuhi sujud ku dengan doa kepada mu

Akan ku basahi sajadah ku dengan air mata pengingatan terhadap Mu

Akan ku biarkan derai ku mengiringi permohonan ampun ku kepada Mu



Ya Allah,

Jika aku tahu ini adalah solat terakhir ku

Aku tidak akan pernah menundanya walau hanya sedetik

Aku tidak akan menyegerakan rakaat agar solat ku cepat selesai

Aku tidak akan pernah terfikir pada urusan dunia yang sering difikiran

Sungguh,

Aku tidak akan pernah menyiakan kesempatan terakhir ku untuk menganggungkan asma Mu



Tetapi Ya Allah,

Apakah aku tahu,

Yang manakah yang akan menjadi solat terakhirku?

Tetapi mengapa aku mensia-sia waktu seolah-olah aku akan tetap hidup selamanya



Yang manakah yang akan menjadi solat terakhirku?

Ketika semua yang ku lakukan hanya untuk menggugurkan kewajipanku

Terburu-buru ku habiskan dialogku dengan Mu

Hanya agar aku dapat segera kembali pada urusan dunia

Hanya untuk mengagungkan kefanaan



Aku tidak pernah merasa perlu memohon ampunan Mu

Aku belum merasa perlu bersyukur atas nafas dari Mu

Yang manakah yang akan menjadi solat terakhirku?

Ampuni aku Ya Allah…

Astaghfirullah..

Senin, 06 Februari 2012

Wahai Orang Yang Lembut Hatinya


Teristimewa buatmu yang pernah hadir dihatiku..

Walaupun kita tak pernah bertemu, namun hadirmu selalu menemaniku..

Sebelum ini belum pernah aku mencoretkan sesuatu untukmu..

Aku tak berani ungkapkan rasa itu..

Tetapi tak tahu kenapa hati ini teringin menulis sesuatu untukmu..

Walaupun kamu tidak tahu rasa itu,

aku akan tetap menunggu…



Wahai orang yang lembut hatinya..

Entah dari mana aku mulai menyusun kata – kata untuk mengungkap segala sedu – sedan dan perasaan yang ada didalam dada. Saat kau baca coretan ini, anggaplah aku ada di hadapanmu dan menangis, kerana rasa kasihku padamu.



Wahai orang yang lembut hatinya..

Hadirmu tiada ku duga. Pertemuan denganmu tiada pernah ku kira. Semua itu adalah sebuah rahsia. Pastinya Allah ada rencana untuk kita semua. Sedikit pun aku tak mengenalmu bahkan namapun ku tak tahu. Pertama kali pertemuan itu telah buat aku suka padamu.



Wahai orang yang lembut hatinya..

Walaupun kau tak sesempurna harap, namun entahlah aku tertarik padamu. Hati ini tak mungkin dapat berbohong rasa ini walaupun aku hanya mampu menyimpan dihatiku

Namun hadirmu selalu ku tunggu.



Wahai orang yang lembut hatinya..

Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian tiada memiliki sesiapa, kecuali Allah. Kaulah orang pertama datang memberikan ku rasa simpatimu dan kasih sayangmu. Aku tahu kau telah menitiskan airmata untukku ketika orang lain tidak mempedulikan ku..



Wahai orang yang lembut hatinya..

Ketika orang-orang disekitar ku tidak peduli dan bosan dengan apa yang menimpa diriku, tetapi kau tidak. Kerana orang yang ikhlas tidak pernah mahu mengingat kebajikan yang telah dilakukannya. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang saat ini berada dalam jiwa…



Wahai orang yang lembut hatinya..

Sebenarnya aku tidak layak pun untuk menulis semua ini untukmu. Tetapi rasa hormat dan cintaku padamu yang setiap detik membesar didalam dada terus memaksa. Aku sebenarnya merasa tidak layak mencintaimu tetapi apa yang mampu dibuat oleh makhluk yang daif seperti ku ini.



Wahai Orang yang lembut hatinya..

Adakah aku salah menulis semua ini? Segalanya menderu di dalam dada dan jiwa. Sudah lama aku menanggung nestapa. Hatiku selalu kelam oleh penderitaan. Aku merasa kau datang dengan seberkas cahaya kasih sayang. Belum pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang sekuat rasa cintaku padamu. Aku tidak ingin menganggu dirimu dengan kenistaan kata-kata yang tercoret dalam bingkisan ini. Jika ada yang bersalut dosa, moga Allah mengampuni.

Aku mengharapkan kau menjadi milikku suatu hari nanti. Semoga Allah memperkenankan doaku.

Maafkan aku andai apa yang aku tulis ini membuatkan sesetengah orang tidak menyukainya, maafkan aku..

Ku harap kasih sayangmu dapat menyembuhkan luka ku. Ku harap kesetiaanmu akan kekal terpatri dalam jiwamu, walaupun aku masih ragu akan semua itu, tetapi semuanya aku serahkan pada sang pemilik hati ini..

Surat Kepada Allah


Tuhan..

Malam ini kembali aku mengetuk pintu Mu

Lewat rasanya doa dan pujian yang terlantun

Dalam isak tangis yang menghiba



Ku bersimpuh di ribaan Mu

Pada setiap waktu ku yang tersisa

Berusaha untuk tetap tegak dan teguh

Menghadang setiap badai dalam hidup

Menepis gemuruh ragu dalam kalbu

.

Allah..

Engkaulah kekuatan dalam setiap jengkal nadi ku

Mencengkam erat di setiap hembusan nafasku

Membuncah rasa rindu ku pada Mu

Menggema di dalam relung kalbu



Aku takut ya Rabb…

Tidak dapat memenuhi setiap janji yang terucap

Tidak dapat menahan kenikmatan dunia yang mempesona

Bahkan tak mampu kendalikan nafsu yang membelenggu



Ya, nafsu ini begitu kuat menggoda

Berusaha luruhkan rasa Cinta ku pada Mu

Memesongkan nikmat yang telah Engkau beri

Menafikan Engkau seakan Kau tiada



Bantulah aku ya Rabbi..

Tepiskan segala resah yang menyelimuti hati

Hilangkan semua gelisah yang memeluk jiwa

Buang setiap keraguan yang mendakap kalbu

Hulurkan tangan Mu di sepanjang jalan ku

Berikan Cahaya Mu menerangi langkah ku

Jangan biarkan aku rebah lagi dalam lumpur dosa



Pimpinlah aku ya Allah..

Pegang erat jiwa ku yang selalu ingin mengembara

Berkelana mencari cinta hakiki Mu

Mengeja ayat demi ayat di dalam Kitab Suci Mu

Agar kau tak berpaling dari ku



Tuhan..

Tutup semua pintu dosa ku

Jangan biarkan lautan dosa menenggelamkan aku

Dalam buih-buih kenistaan yang menggunung

Izinkan aku menjejak kaki langit

Mencari dan menemukan cinta sejatiku

Kerana aku tahu ya Rabbi…

Hanya cinta Mu yang paling hakiki

Ini Aku dan Masa Laluku




Aku hanya mahu dikenali sebagai Azkya Tsurayya Hafidzah.Cinta. Aku juga seperti gadis yang lain. Penuh dengan perasaan ingin mencintai dan dicintai. Aku dipertemukan dengan seorang lelaki yang penyayang, baik hati dan sempurna di mataku..

Dan kerana cinta, aku lena. Setelah bercinta, aku lupa akan kewajipan terhadapNya. Semakin malas aku untuk bersolat, semakin malas aku untuk membaca Al-Quran. Aku makin terhanyut kerana cinta. Masa yang ada dipenuhkan dengan bersama si dia. Di mulutku, hanya menyebut namanya. Di hatiku, hanya ada dia. Masa bersama keluarga dan kawan-kawan semakin tiada. Begitulah kuasa cinta.

Takdir. Satu hari kami ditakdirkan putus. Katanya, perasaan cinta sudah hilang dalam dirinya. Katanya, aku tidak pandai menjaga hatinya. Katanya lagi, aku sudah tidak ada dalam hatinya.

Sungguh, menerima berita tersebut, aku pasrah. Aku rebah. Kenapa perlu ditinggalkan di saat hati masih sayang? Aku terkedu, terpaku. Aku cuba membujuknya, tapi gagal. Dia tetap nekad dengan keputusannya.

Ya Allah. Aku pasrah. Aku redha. Di saat aku rebah, ibu menasihatiku agar bangun, bertaubat, kembali padaNya. Hanya itu yang mampu menenangkan jiwa aku. Aku bangun, aku berwudhuk. Aku mulakan solat. Solat yang sudah berapa lama aku tinggalkan.

Selesai solat, aku berdoa. Aku menangis. Ya Allah, apakah ujian yang Kau berikan ini? Aku tak sanggup nak laluinya lagi. YA allah, aku malu. Sesungguhnya aku teramat malu untuk menghadapMu. Waktu aku lena menikmati cinta , aku lena akan perintahMu. Aku abaikan suruhanMu. Aku lebih mementingkan dia. Dan kini, Kau tarik balik segala nikmat yang Kau beri hanya seketika, tanpa aku sedar, tanpa aku sangka, hampir meragut jantungku..

Ya Allah, aku ridha dengan ketentuan yang diberikan. Aku menangis. Lagi dan lagi. Malunya aku. Allah juga yang aku cari. Kenapa dulu aku sanggup tinggalkan Allah kerana cinta? Ya Allah..

Di saat aku mula membaca al-quran kembali, menitis air mataku. Aku masih mampu membacanya. Sedangkan sudah sekian lama aku tinggalkan semua tu. Ya Allah, terima kasih kerana Kau tidak menutup pintu hatiku untuk bertaubat. Aku bersyukur sangat.

Orang sekeliling memandang hina kepadaku. Mencaciku. Tapi aku bersyukur, ramai lagi yang menasihatiku, ramai lagi yang sentiasa bersamaku. Keluarga dan kawan-kawan tidak putus-putus memberi semangat, nasihat dan sokongan. Kata mereka, ini bukan pengakhiran hidup kita. Kata mereka, dia yang telah menyakiti hatiku takkan dapat lari dari diduga oleh Allah. Anggaplah ini sebagai dugaan yang telah membuka pintu hatiku untuk bertaubat.

Dan apa yang aku tahu… dia sedang berbahagia dengan cinta hatinya yang baru..

Syukur. Alhamdulillah. Terima kasih kerana memberi peluang untuk aku mencurahkan perasaan ini kepadaMu. Semoga taubatku diterima olehMu Ya Allah.

Ingatlah kawan-kawan, cinta yang tidak halal tidak akan pernah bahagia walaupun sekuat mana kita pertahankan, selama mana kita bersama. Yang bahagia, cinta selepas kahwin. Cinta yang halal. Cinta yang penuh keberkatan. Aku sudah merasai betapa pahitnya perpisahan.

Tapi aku yakin, Allah telah mempersiapkan yang lebih baik untukku. Aku hanya mampu berserah. Dosa semalam telah mengingatkan aku bahawasanya tiada yang kekal dalam dunia ini melainkan Allah.. Aku pasrah…

Hidup Bagaikan Sebuah Buku


Hidup manusia itu seperti sebuah buku. Front cover adalah tanggal lahir. Back cover adalah tanggal pulang.



Kehidupan itu ibarat sebuah buku…!
sampul depan buku adalah awal mula kehidupan …
sampul belakang buku adalah akhir penutup kehidupan..
tiap lembar buku adalah tiap-tiap detik kehidupan yang dilalui…
tiap lembar buku adalah tiap-tiap menit kehidupan yang dilalui…
tiap lembar buku adalah tiap-tiap jam kehidupan yang dilalui…
tiap lembar buku adalah tiap-tiap hari kehidupan yang dilalui…

Seburuk apapun halaman buku…
sekotor apapun coretan kehidupan halaman buku…
selalu tersedia halaman selanjutnya yang putih bersih dan polos…
halaman baru yang tiada cacat
untuk diisi dengan coretan kehidupan…
hingga tiba pada lembar akhir buku…
dan buku pun ditutup…..

begitu pula kehidupan…
seburuk apapun hari yang telah dilalui…
Allah selalu menyediakan hari yang baru untuk dilalui…
Allah selalu memberi kesempatan yang baru…
untuk memperbaiki kesalahan di hari sebelumnya..
untuk melanjutkan alur cerita kehidupan yang sudah ditetapkan-Nya..
untuk kehidupan seluruh hamba-Nya..
hingga tiba pada akhir kehidupan…
memenuhi panggilan-Nya…

Cintai Dia Dalam Diam,Dari Kejauhan Dengan Kesederhanaan Dan Keikhlasan


untuk Yang Maha Pencipta izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba.. mungkinkah dengan ridhaNYA atau hanya mengundang murkaNYA..

Jika benar cinta itu karena ALLAH maka biarkanlah ia mengalir mengikut aliran ALLAH karena hakikatnya ia berhulu dari ALLAH maka ia pun berhilir hanya kepada ALLAH..

" Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran ALLAH." (QS. Adz Dzariyat: 49)

" Dan kahwinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkahwin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin ALLAH akan memampukan mereka dengan kurniaNYA." (QS. An Nuur: 32 )

" Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNYA ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNYA diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." ( QS. Ar Ruum: 21 )

Tetapi jika kelemahan masih nyata dipelupuk mata maka bersabarlah.. berdoalah.. berpuasalah..

" Wahai kaum pemuda, siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah.. berpuasalah, karena sesungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya." ( Hadis )

" Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. ( QS. Al Israa': 32 )

Cukup cintai dia dalam diam..,

Bukan karena membenci hadirnya.. tetapi menjaga kesuciannya bukan karena menghindari dunia.. tetapi meraih surgaNYA bukan karena lemah untuk menghadapinya.. tetapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup..

Cukup cintai dia dari kejauhan..,

Karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari ujian.. karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan.. karena mungkin sajakan membawa kelalaian hati-hati yang terjaga..

Cukup cintai dia dengan kesederhanaan..,

Memupuknya hanya akan menambah penderitaan.. menumbuhkan harapan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan..

Maka cintailah dia dengan keikhlasan..,

Karena tentu kisah Fatimah dan Ali Bin Abi Talib diingini oleh hati.. tetapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi..??

".. boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." ( QS. Al Baqarah: 216 )

" Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki-lelaki yang keji, dan lelaki-lelaki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik dan lelaki-lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (QS. An Nuur: 26 )

Cukup cintai dia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhaan dan keikhlasan..

Karena tiada yang tahu rencana Tuhan.. mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan..

Karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikkan.. serahkan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya.. biarkan DIA yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya..

" Barangsiapa yang menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga ." (Umar Bin Khattab ra)

~ Pilihan ALLAH itu yang TERBAIK ~

Sepucuk Surat Untuk Hati Kecil Yang Bersedih


Kutulis surat usang ini untukmu duhai hati yang sedang bersedih. Untuk hati yang jerih bercinta lagi. Demi hati yang sering merasa sendiri. Hati dari seseorang yang baru bisa didekati setelah lama hanya bisa bermimpi. Ah, aku tidaklah pandai merayu. Tidakpula pandai menghiburmu. Karena aku tahu aku hanyalah seorang asing. Asing yang tidak pandai berkata-kata dan mengusapkan jarinya untuk menghapus air matamu. Maka sungguh pandanglah surat ini sebagai penebus. Penebus? Ya penebus akan ketidak mampuanku. Penebus akan absensi ku. Penebus akan fakta bahwa aku hanya mampu memberikan berderet-deret tulisan tanpa kehadiran langsung ragaku.

Duhai hati. Aku bertanya kepadamu yang sedang bersedih. Bersedih akan kehilangan. Kehilangan dirinya. Yah aku tahu fakta yang membuat air mata itu menggenang di pelupuk matamu. Aku disini bukanlah untuk mengukur dan menebak seberapa dalam kesedihanmu. Sungguh aku tidaklah mampu mengukur itu. Seberapa hebatnya aku dalam ilmu ukur sekalipun aku tetaplah tidak mampu. Aku hanya ingin mengingatkan sesuatu kepadamu. Tentang suatu hal yang dinamakan siklus. Perputaran kehidupan. Dua sisi yang berlawananan. Sama seperti gelap melawan terang. Maka sisi-sisi itu akanlah selalu ada. Berulang-ulang terjadi silih berganti. Maka izinkanlah untuk kali ini aku sedikit bercerita. Bercerita untuk mu. Bercerita tentang datang dan pergi.

Tahukah kamu bahwa suka atau tidak, cepat atau lambat, maka kita selalu mendapatkan kebalikan dari apa yang kita punya. Semua hal dalam hidup yang singkat ini hanyalah berdasarkan hukum itu. Cantik dan buruk rupa. Kaya dan miskin harta. Pandai dan bebal otaknya. Hukum itulah yang selalu didengungkan oleh berbagai pujangga dari zaman lama. Aku tahu ini lagu tua, seringkali kau dengar pula. Tapi apakah kau sadar wahai hati? Bahwa itu juga terjadi untuk pergi dan terganti kedatangan baru lagi. Kita sering kali (atau malah selalu) bersedih karena kehilangan dan kepergian. Yah aku tahu itu, sangat paham malah. Bukankah selalu menyakitkan kehilangan orang yang telah datang dan memberi warna dalam hidup ini. Selalu mengiris saat tahu bahwa tiba-tiba mereka telah pergi. Terkadang malah tanpa alasan sama sekali. Laksana penyulap yang tiba-tiba mengeluarkan merpati dari saputangannya. Begitu pula kepergian itu, terjadi begitu saja layaknya sulap biasa. Tapi aku mau engkau mengingat wahai hati, ingatlah satu hal dari pertanyaan ku ini. Saat sesuatu itu datang dan berada di genggaman, apakah itu datang dengan suatu alasan? Orang cerdik pandai sering membantah dan menjawab dengan pongahnya, “iya saya dapatkan itu dengan usaha dan tenaga. Jadi wajarlah pula sesuatu itu datang kepadaku!”

Tapi lupakah kita bahwa adakalanya kita mendapatkan suatu hal tanpa alasan sama sekali. Ambil contoh dalam hal jatuh cinta. Iya cinta yang berbait-bait ditembangkan, ditulis dalam manuskrip-manuskrip tua, menciptakan

pujangga-pujangga abadi sepangjang massa. Apakah cinta itu datang dengan alasan? Mungkin engkau ingin meniru kata-kata orang yang mengatakan, iya aku cinta dia karena fisiknya yang menarik. Atau karena kepandaiannya. Atau pula malah karena kebaikannya. Tapi apakah engkau lupa satu hal? Apakah hatimu benar-benar bisa mendeskripsikan kenapa engkau jatuh cinta dengannya? Sadarkah engkau, bahwa terlepas dari kebaikan, kepandaian, fisiknya maka engkau merasa jatuh cinta kepadanya karena sesuatu hal yang tidak bisa dimengerti.

Tiba-tiba saja kok bisa engkau tersipu malu hanya dengan mengingat namanya? Bagaimana bisa engkau memangkukan tangan terpana hanya karena melihat sosoknya dari kejauhan saja? Bagaimana bisa engkau sumringah, buncah oleh perasaan bahagia hanya karena satu dua katanya dalam pesan singkat yang baru saja engkau terima darinya? Apakah engkau sungguh mengerti kenapa engkau bisa bertingkah ganjil seperti itu?

Aku yakin seyakin-yakinnya. Bahwa engkau tidak tahu alasan itu. Yang engkau tahu hanyalah bahwa engkau sedang jatuh cinta. Tanpa alasan tiba-tiba saja datang hinggap dan membelit erat sebegitu kuatnya. Tidak percaya? Duhai hati lihat lah baik-baik ke zaman-zaman dibelakangmu. Apakah engkau bisa menghitung berapa juta arti, berapa juta larik puisi, berapa juta catatan torehan hati yang menyangkut akan jatuh cinta dari berbagai filsuf, pujangga, ilmuwan, raja, sufi bahkan orang miskin hina sekalipun. Semuanya mendeskripsikan kenapa jatuh cinta dengan bahasanya sendiri-sendiri dan bagaimana bisa hal itu terjadi? Karena semua orang tidak pernah tahu alasan jatuh cinta. Mereka hanya tahu dan menikmati kedatangannya. Tidak lebih. Tidak kurang.

Nah satu hal yang harus engkau ingat adalah satu fakta bahwa kedatangan jatuh cinta itu akan dipisahkan oleh kepergian. Dan sebagaimana hal yang terjadi dengan kedatangan jatuh cinta. Maka alasan kepergiannya pun tidak dimengerti. Ah, disini aku tidak mau berdebat tentang apa alasan kepergian itu (toh bisa saja karena sakit, khianat murah karena tergoda “barang” lain yang lebih terlihat mulus rupa, atau malah karena kesepakatan tertentu..seribu satu alasan ada untuk itu). Aku hanya ingin engkau mencoba ingat lagi. Ingat bahwa datang itu pasti disusul oleh pergi (dan pergipun akan disusul lagi oleh datang yang baru lagu). Sama sederhananya seperti bayi yang pastinya akan berubah menjadi dewasa dan mati (bahkan manusia pun datang dan akhirnya pergi bukan?). Ingatlah satu hal bahwa, HAL ITU TIDAKLAH TERELAKKAN. Pasti terjadi! Pasti menghantam diri. Dan sungguh, sungguh aku tidak mau berdebat akan alasan itu terjadi. Aku hanya ingin mengingatkan bahwa, sebagaimana kita menikmati suatu kedatangan (mempestakannya malah) maka nikmati pula kepergian. Nikmatilah dengan cara yang sama tapi sedikit berbeda seperti kedatangan. Satu cara yang diajarkan oleh pak haji di televisi, ikhlas saja itulah kuncinya.

Ingatlah bahwa engkau selalu ikhlas akan kedatangan sesuatu yang baik bukan? Entahlah apakah itu kedatangan nasib baik, kedatangan harta, atau kedatangan orang yang dicinta sekalipun. Engkau ikhlas akan kedatangannya. Dan bersuka ria. Maka ingatlah bahwa engkau pun harus ikhlas akan kepergian. Entahlah apakah itu kepergian nasib buruk, kepergian harta, atau kepergian orang yang dicinta sekalipun. Engkau ikhlas akan kedatangannya. Dan sedikit berbeda dengan kedatangan, maka engkau tidaklah bersuka ria, tetapi mafhum dan menyadari bahwa waktu kepergian memang sudah tiba. Waktu untuk kepergian dan melepas. Melepas sesuatu yang memang bukan milik kita (karena bukankah faktanya semua hanya titipan_Nya? Jadi bagaimana pula kita bisa mengeluh untuk semua hal yang jelas-jelas bukan milik kita?).

Aku ingin engkau percaya bahwa hal itu sesederhana ini. S-E-D-E-R-H-A-N-A. Hati kitalah yang memperumitnya. Memperumit dengan suatu bantahan yang selalu keluar, bantahan yang intinya menyangkal bahwa kepergian itu terjadi. Kenapa? Bagaimana bisa? Apa yang salah? Sungguh duhai hati. Tidak ada alasan lebih. Tidak ada pula ada yang salah. Sesungguhnya semua terjadi karena memang sudah waktunya. Memang waktunya bahwa pergi itu akan datang. Maka bersyukurlah, berdoalah, mintalah kekuatan dari_Nya dan relakanlah. Karena waktunya memang sudah tiba. Waktu untuk kepergian itu datang memangku jiwa.

Maka percayalah wahai hati yang bersedih. Yakinlah duhai hati yang sering merasa sendiri. Relakanlah oh hati yang jerih untuk bercinta lagi. Bahwa siklus itu selalu terjadi, berkebalikan. Dua sisi yang selalu berlawanan tapi pasti terjadi. Ingatlah bahwa hal itulah yang sesungguhnya menempa kita. Mengajarkan kepada kita arti untuk memperbaiki diri, mengajarkan kita kepada arti untuk selalu meresapi moment-moment yang terjadi, menikmati tiap detiknya, dan tidak menyia-nyiakannya. Karena cepat ataupun lambat maka itu akan terjadi. Terus berputar seperti roda pedati. Pesanku hanya satu wahai hati kecil yang sedang bersedih, saat sesuatu itu datang maka nikmatilah sebenar-benarnya. Syukuri semuanya. Karena engkau harus tahu bahwa sesuatu itu akan pergi juga akhirnya. Dan saat pergi itu datang wahai hati kecil yang sedang bersedih, maka relakanlah hal itu. Sunggingkan senyum dan yakinlah bahwa kepergian itu nanti akan digantikan oleh_Nya dengan suatu kedatangan kembali. Kedatangan yang jauh lebh indah dari awalnya. Jauh lebih berarti dari awal mula. Karena bukankah siklus itu selalu terulang. Beratus-ratus kali sampai kita tua dan mati. Jadi percayalah. Yakinlah. Tersenyumlah.

Yakinlah pula bahwa tuhan selalu tersenyum dengan caranya kepada kita. Mempersiapkan segala yang kita butuhkan dengan misteriusnya jalanNya. Jadi sekali-sekali wahai hati berhentilah bertanya, terimalah dengan lapang dada. Bersiaplah untuk rencana baru yang dipersiapkan oleh_Nya. Karena aku yakin, bahwa Dia tidak akan mempersiapkan hal yang buruk untuk makhlukNya, semuanya indah walau kita tidaklah tahu jelas jalan pikiranNya. Berhentilah bersedih. Semoga tulisan sederhana ini membuatmu bersemangat kembali. Sampai tua dan akhirnya juga “pergi”.Hanya inilah tulisan untuk mu wahai hati kecil, smoga bisa menebus keterbatasanku selama ini. Kelalaianku karena tida k bisa sering bersamamu. Izinkan untuk sementara tulisan ini menghiburmu. Sampai aku benar-benar bisa datang untukmu. Nanti saat takdir akan kedatanganku kembali dan ingat, ingatlah bahwa engkau sama sekali tidaklah sendiri. Sampai nanti wahai hati, sampai kita berjumpa kembali.

Untuk Apa Kita Berdzikir ?

Hidup yang tengah kita arungi memang semakin ganas. Badainya semakin kencang, ombaknya semakin meninggi, onak dan duripun semakin bertebaran. Ia tidak pernah sepi dari intrik, tipu daya, makar dan berbagai godaan yang dilancarkan oleh setan dan balatentaranya.

Beruntung, Allah yang telah menciptakan kita, memberikan kita senjata ampuh yang bisa menangkal setiap godaan itu. Senjata itu bernama Dzikir.

Wujud Syukur ...

Cobaan yang diberikan kepada kita memang berjumlah melimpah. Namun, jika mau jujur, sesungguhnya nikmat yang diberikanNya pun tidak kalah melimpahnya. Bahkan, berulang kali Allah menyatakan bahwa jika kita menghitung nikmat Allah, maka kita tidak akan pernah bisa melakukannya. Dalam redaksi lain juga disebutkan,


“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (Al-Kahfi 18 : 109 ).

Cara yang harus kita lakukan dalam menyikapi keberlimpahan nikmat yang Allah berikan itu adalah dengan bersyukur, berterima kasih dengan sungguh-sungguh atas nikmat yang telah Allah berikan. Syukur, salah satunya bisa kita lakukan dengan Dzikir, mengingat Allah. baik dengan hati, lisan terlebih lagi dengan perbuatan.

Firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” ( Al Kautsar 108 : 1-2 ).

Dari ayat ini, bersyukur bisa dilakukan dalam 2 hal yaitu shalat dan berqurban. Kedua jenis syukur ini, merupakan salah satu ibadah hati, lisan dan fisik yang muaranya adalah mengingat Allah (Dzikrullah ).

Jika yang kita lakukan adalah mensyukuri setiap pemberianNya, maka Yang Maha Pemurah akan mengganjar tunai syukur kita sesuai dengan janjiNya,

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” ( Ibrahim 14 : 7 )

Cara Menenangkan Jiwa ...

Dzikir sebagai salah satu senjata yang Allah berikan kepada kita, bermanfaat pula untuk menenangkan jiwa para pelakunya. Di zaman yang serba instan ini, -dimana budaya pragmatis sudah mendarah daging, kehidupan ibarat rimba raya, serta aneka hiruk pikuk duniawai yang kadang tidak bermanfaat dan tidak kita inginkan- dimana kesemuanya itu selalu hadir dalam tiap jenak kehidupan kita. Hal ini benar-benar menguras tenaga dan ketenangan jiwa kita sebagai manusia yang secara naluri membutuhkan ketenangan.

Oleh karena itulah, Allah menjanjikan sebuah obat yang sangat mujarab untuk menenangkan hati kita. Tidak perlu bayar mahal, jauh-jauh ke luar negeri dan aktivitas lainnya yang disinyalir bisa memberikan ketenangan. Apalagi dengan berbagai pelampiasan salah kaprah yang justru merugikan pelakunya. Obat dari Allah itu berupa dzikrullah, sebagaimana disebutkan dalam kalamNya,


“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” ( Ar Ra’d 13 : 28 )

Tentunya, ketenangan ini akan Allah berikan kepada siapa saja yang menyenandungkan dzikir dengan cara yang benar. Yaitu sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan melalui RasulNya. Bukanpula cara baru yang dibuat-dibuat apalagi terdapat ritual syirik dan menyimpang di dalamnya.

Kenalan kepada Allah ...

Sebagai umat yang baik, kita seharusnya mengenal siapa pencipta kita. Pengenalan yang baik kepada Dia akan berdampak sangat positif, baik dalam kehidupan di dunia terlebih lagi kehidupan di akhirat. Hal ini sangatlah wajar, karena sejatinya, ketika kita mengenalNya dengan benar, maka kita tidak akan menjumpai sedikitpun kecacatan pada setiap kuasa dan ketentuanNya. Pengenalan yang benar kepadaNya akan membuat diri semakin mawas diri dan tahu bagaimana seharusnya bertindak sebagai seorang hamba terhadap RabbNya.

Pemahaman seperti ini akan membuat kita menjadi hamba yang bijak. Bersyukur saat diberi nikmat, dan bersabar saat ditamui musibah. Kesemuanya ini akan dijadikan sebagai sebuah pembelajaran yang akan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Dan sarana yang paling tepat untuk mengenalNya adalah denan Dzikir, mengingatNya dalam setiap jenak kehidupan. Dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan seperti apapun,

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat” (Al Baqarah 2 : 186 ).


Semakin bagus kuantitas dan kualitas Dzikir kita, maka akan semakin mudahlah jalan kita untuk mengenalNya. Karena sejatinya, Dia sangat dekat dengan kita. Lebih dekat dari urat nadi kita, sedekat bagaimana kita mendekatinya. Begitupun sebaliknya, Ia akan jauh. Sejauh kita menjauhinya.

Bahan Instropeksi Diri ...

Kehidupan yang kita jalani memang tidak selalu lurus. Kadang kita melenceng dari jalan yang telah ‘digariskanNya’. Entah karena tidak tahu, atau secara sengaja mengikuti jalan yang salah. Hal ini adalah wajar mengingat kita hanyalah manusia yang memang dilengkapi dengan dua komponen : Baik dan Buruk.

Oleh karenanya, setiap saat kita memerlukan dzikir sebagai sarana untuk mengoreksi diri. Ia kita perlukan sebagai rambu-rambu dalam perjalanan kehidupan kita, agar tetap tegar dalam jalur kebenaran dan segera kembali kepada jalur kebenaran jika ternyata sedang berada di jalur yang menyesatkan.

Dalam hal ini, dzikir akan berfungsi juga sebagai pengingat. Ia akan mengingatkan manakala diri lalai dari melaksanakan kewajiban yang telah Allah gariskan untuk kita lakukan.

Sarana Perbaikan Diri dan Bangsa ...

Pekerjaan yang tidak akan pernah usai bagi seorang mukmin adalah memperbaiki diri. Ia akan terus dilakukan hingga diri benar-benar berada di liang kubur. Ketika nafas masih berhembus, maka proses perbaikan itu harus terus dilakukan, sesuai kemampuan diri. Jika kegiatan ini berhenti, maka yang terjadi adalah mukmin yang puas dengan kebaikan yang sedikit. Bahkan berhentinya proses ini bagi setiap mukmin akan berdampak pada lahirnya orang-orang yang merugi lantaran hari ini sama dengan kemarin dan esok tidak lebih baik dari hari ini.

Perbaikan diri yang berkelanjutan, sejatinya adalah upaya pasti untuk memajukan sebuah peradaban. Karena peradaban, sebesar apapun, hanya disusun oleh kumpulan individu. Maka, baik dan tidaknya seseorang akan sangat berpengaruh bagi peradaban dimana orang itu hidup.

Sejarah telah membuktikan, betapa mulianya genarsi awal islam. Mereka berhasil menguasai ‘wacana global’ dan memimpin dunia lantaran dihiasi oleh individu-individu cemerlang yang terus menerus menguhubungkan dirinya dengan Allah melalui dzikir. Mereka selalu ‘membawa’ Allah dalam setiap aktivitas mereka. Sehingga mereka akan memberikan yang terbaik untuk Allah, sebagaimana Allah telah memberikan yang terbaik untuk mereka.

Golongan ini tidak akan pernah berbuat curang, manipulasi, korupsi atau tindakan keji lainnya. Karena mereka selalu merasa diawasi oleh Allah lantaran dzikir yang terus dilakukan. Jangankan untuk membohongi pihak lain, terhadap diri sendiripun mereka akan senantiasa berlaku jujur. Karena mereka sadar, sesadar-sadarnya, bahwa apa yang dilakukannya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah, kelak di hari kiamat.

Akhirnya, kita akan terus mencoba untuk menjadi pribadi yang membumikan dzikrullah, membawa Allah dalam setiap jenak kehidupan kita. Kita akan berupaya untuk mengingat Allah dalam setiap aktivitas kita, agar Allah juga sering menyebut-nyebut nama kita dalam majlisNya di langit.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menjadi pribadi yang selalu membasahi bibir, hati dan laku dengan dzikrullah. Sehingga tak ada lagi waktu dan potensi untuk berkata atau berlaku buruk. Apalagi jika sekedar mengatakan yang tidak bermanfaat, menggunjing sesama atau memfitnah saudara semuslim lainnya. Semoga.aamiin ya rabbal alamiin...

"Aku ingin mencintaiMu setulusnya sebenar-benar aku cinta dalam doa"


Ya Allah, betapa aku malu atas apa yang telah engkau berikan sebagai manusia, segala khilaf tertuju padaku, sungguh tidak ada apa-apa pada diriku yang kecil ini.

Terlena, sungguh aku sering terlena pada pesona nafsu dunia dan diri. Aku ingin kembali, tertunduk pilu dalam sujud syukur kembali pada cahayaMu..

Ya Rabbi, menghamba padaMu adalah tujuan akhir penantianku, setiap degupan yang berdetak kerana Izin KuasaMu. Setiap langkah yang tak putus beriring dengan Asmamu Ya Rabbi.

Segala keluh kesah hanya tercurah padaMu, tidak akan berkat langkahku tanpa redha Mu Ya Rahman. Cahaya Mu, cahaya dalam sepi hidup menjadi senyum ikhlas yang tak putus pada Rahmat Mu, melahirkan kembali kepada fitrah yang suci dengan Selawat yang menggema pada jagat raya Mu.

Dalam sepi, aku sering hilang, tidak mengingati Mu, namun Engkau tetap menjagaku dalam nikmatnya nafas yang ku hembus dalam raga, tak putus-putus Engkau mengingatkanku dan Halusnya Peringatan Mu. Tidak Engkau terus memberikanku hukuman, walaupun betapa kuasanya diriMu Ya Robbi.

Sujud yang mengalun merdu dalam sepertiga malam membuat terhanyut dalam ribuan titisan air mata taubat.. Sebiji zarrah pun dihitung baik kebaikan dan keburukan.. Berkatilah kami ya Rabbi..

“aku ingin mencintaiMu setulusnya sebenar-benar aku cinta dalam doa, dalam ucapan, dalam setiap langkahku, aku ingin mendekatiMu selamanya sehina bagaimanapun diriku, kuberharap untuk bertemu denganMu ya Rabbi.. .. “

Aku Tidak Meminta Seseorang Yang Sempurna


Ya Allah…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna dari sisiMu, tidak ya Rabb…
karena Engkau pun pasti Maha Mengetahui sesungguhnya keadaanku,
Engkau tahu dulu aku ini hanyalah musuhMu yang pernah singgah di jurang nerakaMu,
dan akupun tahu, tiada seorangpun yang sempurna di dunia ini dari kesalahan atau kekurangan,

Maka, aku meminta padaMu seorang yang tak sempurna ya Rabb, supaya dia merasa sempurna ketika diriku hadir dalam kehidupannya karenaMu…

Seseorang yang kan kusayangi karena kelembutan hatinya
Seseorang yang kan kucintai karena keindahan akhlaknya
Seseorang yang kan kukasihi karena kehalusan budinya
Seseorang yang kan kukagumi karenakesantunan sikapnya
Seseorang yang kan kupuja karena kerendahan hati dan kesederhanaannya
Seseorang yang mahu menerimaku seikhlas hatinya…
Yang tak akan pernah ku menduakan cintanya hingga akhir hayatku tiba
Seseorang yang kan ku hibur hatinya bila dia sedang bersedih
Seseorang yang kan ku sapu air matanya ketika dia menangis
Seseorang yang kan ku jadikan bahuku tempatnya bersandar saat dia penat
Seseorang yang kan ku dengar segala keluh – kesahnya
Seseorang yang kan ku pertaruhkan nyawaku demi menjaga kehormatannya
Seseorang yang ketulusan dan kesetiaan hati ini hanyalah untuknya…

Aku berjanji akan selalu bersamanya hingga malaikat maut menjemputku tiba…



Ya Allah…
wahai Tuhan yang memegang rahasia segala sesuatu,
jadikanlah aku ridha terhadap apapun yang Engkau tetapkan

Dan jadikan barakah dalam apa-apa yang Engkau takdirkan,
Wahai Tuhan yang memegang hikmah segala sesuatu,
Andai Engkau berkehendak lain,
Sesungguhnya sebenar-benarnya kehidupan adalah kehidupan akhirat,
Maka jadikanlah kehendakMu, bukan kehendakku…

Sesungguhnya aku tidak mengetahui, sedangkan Engkau Maha Mengetahui, Takdirkanlah kebaikan bagiku, dan jadikanlah hatiku meridhainya…

Kamis, 02 Februari 2012

Love will keep us alive

BELAJAR TULUSNYA CINTA dan KASIH dari 2 EKOR KADAL

Ini adalah kisah nyata yang terjadi di Jepang.

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembol yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap di antara ruang kosong itu, karena kakinya melekat pada sebuah paku.

Dia merasa kasihan sekaligus panasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada di situ sejak 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali di bangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?

Dalam keadaan gelap selama 10 tahun tanpa dapat bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berfikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa dapat berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu! Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan.

Kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, ada seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya….astaga!!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta….cinta indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah KEAJAIBAN…

Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.

Saya tersentuh ketika membaca cerita ini. Lalu saya mulai berfikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, saudara lelaki, saudara perempuan dan saudara saudara lainnya..

Ini membuktikan kekuatan tulusnya cinta melahirkan peduli dan peduli melahirkan kekuatan hidup bersama., bagaimana dengan cinta anda? sudahkah saling peduli, semoga rumah tangga yang dibangun atas dasar iman akan menghasilkan sebuah rumah tangga yang sakinah ada kepedulian diatara sesama...

Bolehkah Mengusap Jilbab Ketika Berwudhu?

Sering kali, seorang muslimah berjilbab merasa kesulitan jika harus berwudhu di tempat umum yang terbuka. InMaksud hati ingin berwudhu secara sempurna dengan membasuh anggota wudhu secara langsung. Akan tetapi jika hal itu dilakukan maka dikhawatirkan auratnya akan terlihat oleh orang lain yang bukan mahram. Karena anggota wudhu seorang wanita muslimah sebagian besarnya adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan menurut pendapat yang rojih (terkuat).Lalu, bagaimana cara berwudhu jika kita berada pada kondisi yang demikian?

Saudariku, tidak perlu bingung dan mempersulit diri sendiri, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kemudahan dan keringanan bagi hamba-Nya dalam syari’at Islam ini. Allah Ta’ala berfirman,

يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al Baqarah: 185)

Pada bahasan kali ini, kita akan membahas mengenai hukum wudhunya seorang muslimah dengan tetap mengenakan jilbabnya. Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan.

Seorang Wanita Boleh Berwudhu dengan Tetap Memakai Jilbabnya

Terkait wudhunya seorang muslimah dengan tetap memakai jilbab penutup kepala, maka diperbolehkan bagi seorang wanita untuk mengusap jilbabnya sebagai ganti dari mengusap kepala. Lalu apa dalil yang membolehkan hal tersebut?

Dalilnya adalah bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dulu pernah berwudhu dengan tetap memakai kerudungnya dan beliau mengusap kerudungnya. Ummu Salamah adalah istri dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka apakah Ummu Salamah akan melakukannya (mengusap kerudung) tanpa izin dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam? (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyyah, 21/186, Asy Syamilah). Apabila mengusap kerudung ketika berwudhu tidak diperbolehkan, tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan melarang Ummu Salamah melakukannya.

Ibnu Mundzir rahimahullah dalam Al-Mughni (1/132) mengatakan, “Adapun kain penutup kepala wanita (kerudung) maka boleh mengusapnya karena Ummu Salamah sering mengusap kerudungnya.”

Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah berwudhu dengan mengusap surban penutup kepala yang beliau kenakan. Maka hal ini dapat diqiyaskan dengan mengusap kerudung bagi wanita.

Dari ‘Amru bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu, dari bapaknya, beliau berkata,

رأيت النبي صلّى الله عليه وسلّم، يمسح على عمامته وخفَّيه

“Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas surbannya dan kedua khufnya.” (HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari (1/308 no. 205) dan lainnya)

Juga dari Bilal radhiyallahu ‘anhu,

أن النبي صلّى الله عليه وسلّم، مسح على الخفين والخمار

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kedua khuf dan khimarnya.” (HR. Muslim (1/231) no. 275)

Dalam kondisi apakah seorang wanita diperbolehkan untuk mengusap kerudungnya ketika berwudhu?

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “(Pendapat) yang masyhur dari madzhab Imam Ahmad, bahwasanya seorang wanita mengusap kerudungnya jika menutupi hingga di bawah lehernya, karena mengusap semacam ini terdapat contoh dari sebagian istri-istri para sahabat radhiyallahu ‘anhunna. Bagaimanapun, jika hal tersebut (membuka kerudung) menyulitkan, baik karena udara yang amat dingin atau sulit untuk melepas kerudung dan memakainya lagi, maka bertoleransi dalam hal seperti ini tidaklah mengapa. Jika tidak, maka yang lebih utama adalah mengusap kepala secara langsung.” (Majmu’ Fatawawa Rasaail Ibni ‘Utsaimin (11/120), Maktabah Syamilah)

Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah rahimahullah mengatakan, “Adapun jika tidak ada kebutuhan akan hal tersebut (berwudhu dengan tetap memakai kerudung -pen) maka terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama (yaitu boleh berwudhu dengan tetap memakai kerudung ataukah harus melepas kerudung -pen).”(Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah (21/218))

Dengan demikian, jika membuka kerudung itu menyulitkan misalnya karena udara yang amat dingin, kerudung sulit untuk dilepas dan sulit untuk dipakai kembali, dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk membuka kerudung karena dikhawatirkan akan terlihat auratnya oleh orang lain atau udzur yang lainnya maka tidaklah mengapa untuk tidak membuka kerudung ketika berwudhu. Namun, jika memungkinkan untuk membuka kerudung, maka yang lebih utama adalah membukanya sehingga dapat mengusap kepalanya secara langsung.

Tata Cara Mengusap Kerudung

Adapun mengusap kerudung sebagai pengganti mengusap kepala pada saat wudhu, menurut pendapat yang kuat ada dua cara [1], diqiyaskan dengan tata cara mengusap surban, yaitu:

1. Cukup mengusap kerudung yang sedang dipakai.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya,

“Aku pernah melihat Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas surbannya dan kedua khufnya.”

Surban boleh diusap seluruhnya atau sebagian besarnya [2]. Karena kerudung bagi seorang wanita bias diqiyaskan dengan surban bagi pria, maka cara mengusapnya pun sama, yaitu boleh mengusap seluruh bagian kerudung yang menutupi kepala atau boleh sebagiannya saja. Akan tetapi, jika dirasa sulit untuk mengusap seluruh kerudung, maka diperbolehkan mengusap sebagian kerudung saja yaitu bagian atasnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Amr bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu di atas.

2. Mengusap bagian depan kepala (ubun-ubun) kemudian mengusap kerudung.

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu,

أن النبي صلّى الله عليه وسلّم، توضأ، ومسح بناصيته وعلى العمامة وعلى خفيه

“Bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu mengusap ubun-ubunnya, surbannya, dan juga khufnya.” (HR. Muslim (1/230) no. 274)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata,

رأيتُ رسولَ اللّه صلى الله عليه وسلم يتوضأ وعليه عمَامة قطْرِيَّةٌ، فَأدْخَلَ يَدَه مِنْ تحت العمَامَة، فمسح مُقدَّمَ رأسه، ولم يَنْقُضِ العِمًامَة

“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, sedang beliau memakai surban dari Qatar. Maka beliau menyelipkan tangannya dari bawah surban untuk menyapu kepala bagian depan, tanpa melepas surban itu.” (HR. Abu Dawud)

Syaikhul Islam IbnuTaimiyah rahimahullah berkata, “Jika seorang wanita takut akan dingin dan yang semisalnya maka dia boleh mengusap kerudungnya. Karena sesungguhnya Ummu Salamah mengusap kerudungnya. Dan hendaknya mengusap kerudung disertai dengan mengusap sebagian rambutnya.” (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah (21/218), Maktabah Syamilah)

Maka diperbolehkan bagi seorang muslimah untuk mengusap kerudungnya saja atau mengusap kerudung beserta sebagian rambutnya. Namun, untuk berhati-hati hendaknya mengusap sebagian kecil dari rambut bagian depannya beserta kerudung, karena jumhur ulama tidak membolehkan hanya mengusap kerudung saja, sebagaimana diungkapkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari. (Lihat Fiqhus Sunnah lin Nisaa, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim)

Syarat-Syarat Mengusap Kerudung

Para ulama berselisih pendapat tentang syarat-syarat mengusap penutup kepala (dalam konteks bahasan ini adalah kerudung). Sebagian ulama berpendapat bahwa syarat-syarat mengusap penutup kepala sama dengan syarat-syarat mengusap khuf (sepatu). Perlu diketahui bahwa di antara syarat-syarat mengusap khuf adalah khuf dipakai dalam keadaan suci dan batas waktu mengusap khuf adalah sehari semalam untuk orang yang mukim dan tiga hari tiga malam untuk musafir.

Sebagian lagi berpendapat bahwa syarat-syarat mengusap kerudung tidak dapat diqiyaskan dengan persyaratan mengusap khuf. Mengapa demikian? Meskipun sama-sama mengusap, tetapi mengusap kerudung merupakan pengganti dari mengusap kepala yang mana kepala merupakan anggota wudhu yang cukup dengan diusap, sedangkan mengusap khuf merupakan pengganti dari mengusap kaki yang mana kaki merupakan anggota wudhu yang dibasuh/dicuci.

Oleh karena itu tidaklah disyaratkan untuk memakai penutup kepala dalam keadaan suci dan tidak ada batasan waktu, dan inilah pendapat yang lebih kuat, insya Allah. Mereka berpendapat karena dalam hal ini tidak ada ketetapan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai batasan waktunya. Kapanpun seorang wanita muslimah memakai kerudung dan berkepentingan untuk mengusapnya ketika berwudhu maka ia boleh mengusapnya, dan bila mana ia bisa melepas kerudungnya ketika berwudhu maka ia mengusap kepalanya, dan tidak ada batas waktu untuk hal tersebut. Namun, untuk lebih berhati-hati hendaknya kita tidak memakai penutup kepala kecuali dalam keadaan suci. (Majmu’ Fatawa wa Rasaail Ibnu ‘Utsaimin (11/119)). Wallahu a’lam.



[1] Thohurul Muslimi fii Dhouil Kitabi was Sunnati Mafhuumun wa Fadhoilun wa Adabun wa Ahkamun hal. 35 & 52, SyaikhSa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, MaktabahSyamilah

[2]Syarh Al-’Umdah hal. 276 dan Majmu’ Fatawawa Rasaail Ibni ‘Utsaimin (11/119)

Penulis: Ummu Isma’il Noviyani Maulida

Muroja’ah: Abu Rumaysho Muhammad Abduh Tuasikal

Anugerah terindah bernama hidayah

Pernahkan kita merasakan saat-saat ketika segala amalan harian yang kita lakukan atapun ibadah yang lainnya terasa begitu nikmat kita rasakan meski itu "hanya" sekedar sholat sunat di pagi hari? Ataupun ada saat ketika kita begitu mengebu-gebu mencari ilmu Allah dimanapun itu. Setiap ada pengajian kita ikuti sejauh apapun itu, semangat kita menyala dan entah apa yang menyulut itu semua. Disadari atau tidak pernahkah terpikir oleh kita bahwa Allah sedang membuka pintu hidayahNya kepada kita untuk menikmati segala macam jamuannya?



Atau ketika saya mendengar celetukan seorang kawan ketika ditanya, kapankah dirinya akan menutup hijab? Jawaban yang sering diberikan tak lain dan tak bukan pada umumnya adalah "Belum dapet hidayah!" Atau ketika perkataan seorang kawan lain, ketika ditanya tentang kapankah kebiasaan buruknya akan berhenti? Jawaban yang didapat adalah "Tunggu kalau gue udah pengen... lagian hidayahnya belum datang tunggu dia nongol aja deh...." Dua latar belakang berbeda dengan satu kata kunci yang sama yaitu Hidayah. Sebuah kata yang sudah banyak orang dengar, tapi apakah kita benar-benar memahami apa itu hidayah sebenarnya?



Hidayah itu adalah sebuah petunjuk yang Allah berikan kepada manusia. sebuah petunjuk yang Allah sebar dimana-mana. Kadang kita seringnya tidak disadari bahwa kalau kita berusaha hidayah akan merangkul kita, jika kita berusaha menjemputnya untuk mewarnai kehidupan kita. Ataupun kadang kita tidak sadar bahwa Allah sedang memberikan sebuah anugerah kepada kita bernama hidayah dan kita seringnya mengabaikan itu semua.



Apakah setiap orang akan mendapatkan hidayah? Hanya Allah lah yang tahu jawabannya. Ingatkah kita dengan kisah paman Rasulullah bernama Abdul Thalib? Ketika Rasul memohon-mohon kepada Allah untuk membukakan pintu hati pamannya untuk segera memeluk Islam. Apalagi ketika paman Rasul sedang sekarat, Rasul meminta pamannya untuk mengucap kalimat syahadat sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah Tuhan sejati kita. Abdul Thalib masih berkeras dengan keyakinannya yang lama, dia berdiri disamping Muhamad dan membelanya hanya karena ia begitu menyayangi keponakannya itu. Sampai ajal menjemput, Abdul Thalib masih dalam keadaan kafir. Allah tidak memberikan HidayahNya kepada Abdul Thalib. Sehingga Allah memberitahukan Muhamad untuk menghibur hatinya yang sedih bahwa Abdul Thalib akan mendapatkan siksaan yang paling ringan di neraka. Meski ada beberapa pendapat juga yang mengatakan bahwasanya Abdul Thalib masuk ke barisan mukmin karena kegigihannya membela dan mencintai Rasul, tetapi semua itu hanya Allah yang tahu. Jadi boleh kita menyimpulkan bahwa Hidayah merupakan hak preogratif Allah.



Tapi apakah dengan begitu kita bisa mengatakan sekeras apapun usaha kita jika Allah belum berkehendak Allah belum tentu membukakan pintu hidayahNya kepada kita? Ingatlah dengan Hadits Nabi “Allah Berfirman: “Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku akan bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku kan mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tengah-tengah orang banyak, maka aku akan menyebutnya di tengah-tengah orang-orang yang lebih baik dari itu. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku kan datang kepadnya dengan berlari.” (HR. Muslim).

Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan hidayahNya jika kita berusaha.



" ....Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...." (QS. Ar-Ra’d ayat 11)

Berusaha untuk berubah dan senantiasa berpikiran positif kepadaNya berdasarkan Hadits dan ayat Allah tersebut.



Dan seperti apakah ciri-ciri orang yang mendapatkan hidayah itu? Aam Amirudin dalam ceramah mingguannya menjelaskan dengan gamblang.



1.Ketika kita merasakan begitu ringan dan mudahnya dalam melaksanakan amal ibadah



Seseorang akan begitu menikmati setiap amal ibadah yang dilakukannya, dan begitu takut ketika dia melewati atau melupakan amal ibadahnya, apalagi melakukan sebuah dosa. Berbeda dengan mereka yang bisa dengan santainya menyadari diri berbuat dosa atau melupakan amal ibadah yang biasa dilakukannya dan perasaan malas selalu menyelimuti dirinya. Sebuah ayat dalam Al-Quran telah membahasnya yaitu surah Al-An’am ayat 125 yang isinya mengatakan “Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”



Allah menjelaskan dalam Quran bahwa sesiapa yang mendapatkan hidayahNya akan Allah lapangkan dadanya atau hatinya dan merasa mudah dan ringan dalam melakukan ibadah, berbeda dengan mereka yang tidak mendapatkannya, Allah menjadikan hati mereka sempit mengerjakan sholat lima waktu pun terasa bagaikan mendaki langit.



2.Ketika kita selalu merasakan adanya kerinduan dalam diri akan tuhan kita yaitu Allah SWT.



Dimana hati selalu dipenuhi akan kerinduan kepadaNya dan namaNya selalu hadir didalam diri kita. Bahkan hati akan bergetar ketika disebut nama Allah, ia akan selalu mencoba untuk melakukan yang terbaik dalam amal ibadahnya demi yang dirindukannya itu semua adalah wujud dari rasa syukur dan nikmat yang telah didapatnya.



Dalam Quran surah Al-Anfal ayat 2-4 dikatakan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.”



Semoga ketika kita menyadari ketika rasa rindu itu hadir dalam diri, kita menyadarinya bersukur dan menikmatinya bahwasanya Allah masih memberikan hidayahnya bagi kita untuk selalu merasakan kerinduan itu yang tidak setiap muslim mendapatkannya.



3.Istiqomah



ketika seseorang mendapatkan hidayah ia akan senantiasa setia dengan apa yang dikerjakannya itu. Selalu mencoba untuk konsisten. Sebuah usaha yang tidak mudah sebenarnya, tapi akan menjadi ringan ketika Allah telah membagikan hidayahnya kepada mereka untuk selalu tetap setia dijalanNya, melakukan segala amal perbuatan yang dicintaiNya.



“ ... Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Ali Imran 3: 101).



“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (la Ilaha Illallah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Q.S. Ibrahim 14: 24-25)



Sebuah penggambaran yang sangat indah dalam Al-Quran tentang kekuatan istiqomah, dimana ia begitu kuat menancap kedalam tanah layaknya sebuah pohon dan cabangnya menjulang ke langit. Sebuah pembayangan yang luar biasa cantik akan sebuah kekonsistenan, kesetiaan diri kita dalam beramal soleh kepadaNya.



4.Bersemangat dalam memperlajari ajaran Allah



Mereka yang Allah anugerahkan hidayah adalah mereka yang selalu mencari ilmu-ilmu Allah dimana pun berada. Islam adalah agama yang harus dipahami bukan sekedar diyakini. Seperti ayat pertama yang Allah turunkan kepada Rasulullah SAW surah Al-Israa ayat 1 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”. Ayat yang menegaskan kepada seorang Rasul yang Umi (tidak bisa membaca) dan kita ummatnya untuk selalu membaca dimana pun kita berada. Selalu menelaah setiap ilmu Allah yang disebar disegala penjuru bumi . Membaca dan terus membaca kalam Allah dan selalu semangat untuk mencari dan mendapatkannya. Itulah mereka orang-orang yang mendapatkan hidayahNya.



5.Sabar dalam menghadapi ujianNya



Allah memberikan sebuah kehidupan kepada manusia adalah sebagai ujian. Allah menjadikan dunia ladang amal bagi mereka yang sabar dalam menghadapi ujianNya baik itu berupa kesedihan ataupun kesenangan.



“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk 67 : 2)



Mereka yang mendapatkan hidayah akan sabar dan tahan dalam menjalani berbagai kerikil kehidupan. Dalam ayat berikut Allah telah menjelaskan



“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al Baqarah 2: 155-157)



Pada bagian akhir ayat tertulis mereka yang tahan dalam menghadapi ujiannya adalah mereka orang-orang yang mendapat petunjuk. Ini merupakan pengunci ayat yang menegaskan bahwa orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk atau hidayah-Nya.



Jadi hidayah adalah sesuatu yang harus kita cari demi sebuah kenikmatan luar biasa dalam beribadah, dimana kita terasa mudah dan ringan dalam melaksanakannya. Dan harus diingat bahwa tidak setiap orang bisa mendapatkannya. Jadi bersukurlah ketika kita merasakan semua ciri-ciri orang yang mendapatkan hidayah atau kita pernah merasakannya. Berusahalah kita untuk selalu menjaga hidayah itu, untuk selalu tetap berada di dalam diri kita jangan sampai Allah mencabut kembali nikmat hidayah itu, kemudian enggan untuk memberikannya kembali kepada kita. Semoga kita termasuk didalam barisan orang-orang yang selalu berusaha dalam mendapatkan hidayah Allah SWT, Allohuma amin...

Bila anda berakal,ingatlah Allah

Beberapa tahun lalu, seorang penyanyi pernah menembangkan lagu yang di antara syairnya berbunyi demikian:



aku mau tidur ingat kamu

aku mau makan ingat kamu

aku mau mandi ingat kamu,



dst.



Lagu itu memang berbicara tentang cinta dua anak manusia. Tapi, apa tidak terlalu berlebihan bila di setiap waktu ia selalu mengingat kekasihnya. Padahal kekasihnya itu belum tentu jadi suaminya. Meski itu hanya sekadar lagu, tapi setidaknya itulah cerminan gaya anak muda saat ini.



Lantas, bagaimana ungkapan cinta kita kepada Allah? Bukankah kecintaan kita kepada Allah Swt. mesti ditempatkan di atas segala-galanya? Sementara, kecintaan kita kepada manusia harus dalam rangka kecintaan kita kepada Allah.



Mengingat Allah (dzikrullah) adalah salah satu aspek kecintaan seorang hamba kepada Kholiq-nya. Bahkan salah satu sifat orang-orang yang berakal (ulul albab) adalah selalu mengingat Allah (QS Ali Imran: 190-191).



Dan kalau kita mau diingat Allah, maka kita pun selalu harus mengingat-Nya. "Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian" (QS Al-Baqarah: 152).



Menurut Rasulullah Saw., salah satu ciri orang hidup itu dzikrullah mengingat Allah). Beliau bersabda, "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dibandingkan dengan yang tidak berdzikir adalah bagaikan orang yang hidup dengan orang yang mati" (HR Bukhari).



Yang dimaksud dengan dzikir adalah merasakan keagungan Allah dalam semua kondisi. Dzikir tersebut bisa berupa dzikir pikiran, hati, lisan, dan perbuatan. Yang dimaksud dengan dzikir perbuatan mencakup tilawah Al-Qur`an, ibadah, dan keilmuan. Makna dzikir inilah yang paling banyak dijelaskan oleh Al-Qur`an dan hadits Rasulullah Saw.



Tentang dzikir dengan pikiran, Allah Swt. berfirman: "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak juga oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat, dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari dimana hati dan penglihatan menjadi guncang" (QS An-Nur: 37). Jadi merasakan keagungan Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya harus terus berlangsung, sekalipun dalam kegiatan berdagang atau bisnis.



Dzikir dengan hati, Allah Swt. berfirman: "Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah ahti menjadi tenteram" (QS Ar-Ra’d: 28). Jika seorang mukmin ingin selalu menemukan kenikmatandan ketenteraman dzikrullah di relung hatinya, hendaklah ia merasakan adanya keagungan Allah tertancap di dalam hatinya dan merasuk dalam jiwanya.



Sementara itu, makna dzikrullisan (dzikir dengan hati) didasari sebuah hadits qudsi. "Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, "Aku menyertai hamba-Ku, bila ia berdzikir kepada-Ku, dan kedua bibirnya bergerak menyebut nama-Ku" (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).



Dalam hadits riwayat Tirmidzi dari Abdullah bin Bisyir, seseorang berkata, "Ya Rasulullah, ajaran-ajaran Islam sudah sangat banyak bagiku, beritahukan saya akan sesuatu yang bisa saya pegang teguh." Rasulullah Saw. menjawab, "Hendaklah lisanmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah."



Yang termasuk dzikir lisan adalah semua doa dan ma’tsurat yang diriwayatkan secara shahih dari Nabi Saw. dan dikenal di zaman generasi shahabat dan generasi salaf yang shalih. Termasuk dzikir juga semua permohonan kepada Allah dan semua istighfar yang tercantum dalam Al-Qur`an atau diriwayatkan dari Nabi SAW.